Demokrasi sering dianggap sebagai sistem terbaik untuk memimpin sebuah negara. Tapi, demokrasi juga bisa jadi bumerang kalau masyarakatnya belum siap. Apa jadinya kalau demokrasi diterapkan di negara dengan sumber daya manusia yang rendah? Hasilnya, bukan pemimpin terbaik yang terpilih, tapi yang paling populer atau yang punya banyak uang dan koneksi.
Dalam demokrasi, seharusnya rakyat memilih pemimpin yang punya kemampuan, integritas, dan visi yang jelas untuk memajukan negara. Tapi kenyataannya, di banyak tempat, masyarakat lebih sering memilih pemimpin karena mereka terkenal, kaya, atau pandai mencitrakan diri. Janji-janji manis atau penampilan menarik sering kali lebih penting daripada kebijakan atau kompetensi.
Akhirnya, pemimpin yang benar-benar ahli kalah bersaing dengan mereka yang hanya menjual citra. Bukan karena mereka tidak mampu, tapi karena mereka tidak punya cara untuk terlihat menarik di mata masyarakat.
Padahal, demokrasi sendiri bukan masalah. Demokrasi itu seperti alat; bagaimana hasilnya tergantung siapa yang menggunakannya. Kalau masyarakatnya belum cukup sadar atau belum paham tanggung jawab mereka, demokrasi justru bisa menghasilkan pemimpin yang buruk. Sistem yang baik tidak akan banyak membantu kalau masyarakatnya tidak tahu cara memilih.
Tapi, semua ini bukan berarti tidak ada harapan. Demokrasi bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik kalau masyarakatnya berubah lebih baik. Kuncinya ada di pendidikan. Masyarakat perlu belajar tentang politik, tentang bagaimana memilih pemimpin yang tepat, dan tentang tanggung jawab mereka sebagai pemilih. Kalau masyarakat paham, maka mereka bisa memilih pemimpin yang benar-benar punya kemampuan, bukan sekadar terkenal atau kaya.
Ketika masyarakat sudah cerdas, demokrasi akan menjadi alat yang kuat untuk membawa perubahan. Pemimpin yang baik akan muncul dan menciptakan kebijakan yang lebih baik lagi. Demokrasi akan jadi jalan untuk perbaikan terus-menerus, bukan sekadar sarana mempertahankan kepentingan segelintir orang.
Memang, perjalanan menuju masyarakat yang lebih sadar tidak mudah. Banyak tantangan, seperti dominasi para elite atau sikap apatis masyarakat yang malas peduli. Tapi kalau kita mau, perubahan itu pasti bisa terjadi. Ibarat menanam pohon, benih kesadaran yang kita tanam hari ini akan tumbuh menjadi hasil yang baik di masa depan.
Pada akhirnya, kualitas demokrasi bergantung pada kualitas masyarakatnya. Kalau kita ingin demokrasi yang lebih baik, kita harus memulainya dari diri kita sendiri. Pahami apa itu demokrasi, gunakan hak pilih dengan bijak, dan jangan takut memilih yang benar walaupun tidak populer. Karena masa depan demokrasi ada di tangan kita.