Dalam senyap malam, kutulis sajak, Di antara bintang, kutitipkan rasa yang terpendam, Kau datang dengan lembut, seperti angin pagi yang tak teraba, Menyelimutiku dengan hangat, walau aku hanyalah dingin yang beku.
Kau adalah cahaya dalam gelapku, Tapi aku takut, sinarku tak cukup terang untukmu, Kau berikan dunia, sementara aku hanya punya sekeping hati yang rapuh, Dan dalam hatiku, tumbuh ragu yang tak terucap.
Aku tahu kau ingin lebih, ingin aku menjadi mentari, Namun aku hanya pendar bulan yang pudar, Tak mampu membalas cinta yang kau janjikan, Aku hanya mampu diam, dalam deru yang kau hembuskan.
Aku terlanjur nyaman, dalam dekapan kasihmu, Namun ku tahu, tak bisa selamanya kutinggal di pelukmu, Kau butuh lebih, butuh sempurna yang tak bisa kuberi, Dan aku hanya bisa memeluk bayangan, dalam gemuruh hati yang tak terucap.
Jadi biarkan aku pergi, sebelum luka ini menganga, Sebelum cinta yang indah menjadi beban yang menyiksa, Biarkan aku menjadi mimpi yang tak terwujud, Karena aku tak bisa, menjadi versi terbaik yang kau impikan.
Dalam sunyi yang tak berbisik,
Ku lihat hatimu, cemerlang bagai bintang,
Memberi cahaya tanpa meminta,
Sedang aku, hanya bayangan yang tak sebanding.
Kau adalah angin sepoi yang membawa damai,
Menyusup lembut ke relung hati yang gersang,
Namun aku, hanya karang di tepi pantai,
Diam, keras, tak tahu cara menyambut ombakmu yang lembut.
Telah kubuka hati, namun kusadar,
Aku tak mampu menggapai puncak yang kau inginkan,
Terlanjur nyaman dalam hangatmu yang tulus,
Tapi kini aku resah, karena tak ingin kau terluka.
Aku belum siap menjadi purnama,
Yang kau harapkan bersinar di malam sunyi,
Dan di sini, aku berdiri di antara kebingungan,
Merasa tak cukup, merasa tak sempurna.
Namun, biarkan waktu yang menyembuhkan,
Barangkali kita bertemu di persimpangan lain,
Saat aku telah menjadi pelangi setelah badai,
Saat aku datang bukan hanya sebagai bayangan yang rapuh.
Jangan pergi, atau setidaknya beri aku waktu,
Untuk menjadi sesuatu yang pantas,
Aku ingin bertahan, meski tahu aku mungkin terlambat,
Namun siapa tahu, di waktu yang tepat, kita bisa bersatu tanpa ragu.