Ia adalah bulan yang bersinar di malam yang muram,
Tampak dingin, namun sinarnya memeluk diam-diam.
Wajahnya, seperti ukiran waktu pada batu karang,
Kuat, indah, tapi menyimpan misteri yang tak terbilang.
Seringkali angin datang membawa kekeruhan,
Aku, angin yang gaduh, membentur tanpa tujuan.
Kata-kataku kadang seperti duri di tanahnya,
Tindakanku kadang seperti badai yang membuatnya terluka.
Pernah, hujan menetes dari langit matamu,
dan aku adalah badai yang memaksanya turun.
Namun kau, dengan kerelaan seluas cakrawala,
tetap memberi pelangi pada pagi yang kuporak-porandakan.
Ada rahasia dalam gelapku, yang tak pernah kuterangkan,
Tak seorang pun tahu apa yang melandasi sikapku.
Namun ia tetap hadir, menawarkan tangan,
Memintaku mengangkat beban tanpa menghakimi.
Dugaan bertebaran seperti daun gugur,
namun siapa yang tahu isi benakku?
Siapa yang paham alasan bisu di balik tindakanku?
Bukan karena aku ingin melukai,
tapi ada rahasia yang kubungkam dalam dadaku.
Terkadang, ia meminta, dan aku datang membantu,
Entah kenapa, mungkin ada yang tak terkatakan di antara kita.
Aku tahu bahwa ada hal yang seharusnya kutempuh,
Namun lidahku kelu, dan hatiku menanti.
Apa yang ada di hatinya, aku tak tahu,
Apa yang ia rasakan, mungkin lebih dari yang terlihat oleh mataku.
Aku tahu, ada rahasia di matanya yang tak pernah bicara,
Apa yang dirasakan, apa yang disimpan dalam jiwa,